Image

PRO-KONTRA HUKUMAN KEBIRI DALAM PERSPEKTIF SYARIAH ISLAM

Kebiri Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi*

Pendahuluan
Pro-kontra hukuman kebiri muncul setelah pemerintah berencana menerapkan hukuman kebiri kepada pelaku pedofilia. Pihak yang pro berargumen hukuman kebiri diperlukan karena kasus kekerasan seksual sudah dalam tahap darurat. Kasus yang dialami Putri Nur Fauziah (9 tahun) yang tewas akibat kekerasan seksual di Kalideres, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu dijadikan contoh kondisi darurat tersebut. Data Lembaga Perlindungan Anak menunjukkan, hingga kini terdapat 21.689.797 kasus pelanggaran hak terhadap anak, dan 58% di antaranya merupakan kejahatan seksual. Sementara itu data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan ada 22 juta anak yang mengalami kekerasan sepanjang 2010-2014, dan 42% di antaranya merupakan kasus kejahatan seksual. (Koran Tempo, 23/10/2015). Continue reading “PRO-KONTRA HUKUMAN KEBIRI DALAM PERSPEKTIF SYARIAH ISLAM”

Urbanisasi dan Buruknya Ri’ayah Oleh Negara

Rakyat negeri ini masih terus merasakan buruknya ri’ayah atas kepentingan dan urusan mereka. Hal itu tercermin dari masalah kecelakaan lalu lintas selama mudik, masalah urbanisasi dan ketimpangan pembangunan, dan sebagainya.

Ditlantas Polri mencatat selama mudik 2012 terjadi 5.233 kecelakaan lalu lintas, 908 orang meninggal, 1.505 orang luka berat, dan 5.139 orang luka ringan. Kerugian materi akibat ini diperkirakan Rp 11,815 miliar.

Semua itu tetap tidak bisa dilepaskan dari ri’ayah yang masih buruk. Mengapa tingkat kecelakaan justru meningkat cukup besar. Semestinya bisa diantisipasi sebab mudik itu rutinitas yang terjadi tiap tahun.

Selain itu, arus balik mudik lebaran selalu membawa persoalan kependudukan bagi sejumlah kota-kota besar. DKI Jakarta misalnya, diperkirakan dimasuki sekitar 50 ribu pendatang baru. Sementara Tangerang Selatan diperkirakan diserbu 13 ribu warga pendatang. Continue reading “Urbanisasi dan Buruknya Ri’ayah Oleh Negara”

TAMPILNYA CHINA SEBAGAI SEBUAH KEKUATAN

بسم الله الرحمن الرحيم

1. Lonjakan ekonomi China tidak terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi itu adalah hasil dari strategi yang direncanakan dan diatur dengan baik. Dimulai pada masa Deng Xiaoping yang pada waktu itu dikenal oleh sebagian orang dengan istilah “Politik Pintu Terbuka”. Setelah Xiaoping, penggantinya menggunakan istilah “Kebangkitan Damai China”. Kedua strategi tersebut -Politik Pintu Terbuka dan Kebangkinan Damai China- pada substansinya berbicara tentang tranformasi China menjadi kekuatan ekonomi dan menerjemahkan kekuatan ekonomi itu menjadi kekuatan militer yang bisa mempertahankan kepentingan-kepentingan ekonomi dan perdagangan China. Begitu juga, kedua strategi itu ditujukan untuk menghadapi setiap pihak yang akan meminimalkan misi China dalam mempromosikan ideologinya secara kuat di luar negeri dan menghadapi siapa saja dari kekuatan besar yang berusaha menghadang China, utamanya Amerika Serikat. Disamping itu, kedua strategi itu juga dimaksudkan untuk meredakan kekhawatiran tetangga China dan meyakinkan mereka akan tidak adanya niyat China dalam memperluas hegemoninya di kawasan Asia Pasifik.

2. Untuk merealisasi hal itu, China mengembangkan perekonomiannya melalui dua tahap: pertama, reformasi pedesaan. Kedua, industrialisasi pedesaan dan reformasi perusahaan. Hal itu didukung oleh beberapa faktor diantaranya upah buruh lokal yang murah, penguasaan teknologi maju dari barat – teknologi maju dirahasiakan- dan Rusia, urbanisasi yang cepat, eksport yang digerakkan oleh industri dan penjualan barang-barang murah ke seluruh dunia. Sebagian besar ekspor industri China adalah ke Jepang dan Jerman. Oleh karena itu China pada era 80-an dan 90-an mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar. Sejak tahun 1979 sampai tahun 2010 rata-rata angka pertumbuhan PDB China mencapai 9,91 %, dan tertinggi pernah mencapai 15,2 % pada tahun 1984. Pada dekade pertama abad ini, China mencatatkan angka pertumbuhan PDB 13 % pada tahun 2007 sebelum akhirnya mengalami penurunan. Perekonomian China belum benar-benar muncul kecuali pada dekade lalu. PDB China melampaui PDB Italia pada tahun 2000, Prancis tahun 2005, Inggris tahun 2006, Jerman tahun 2007 dan akhirnya mengalahkan PDB Jepang pada tahun 2010 (Nin-Hai Tseng, ““China is richer, but most Chinese are still poor”, CNN online, 17 Feb, 2011). Hal itu menjadikan China sebagai perekonomian kedua terbesar setelah Amerika Serikat. Sebagian pihak memprediksi, China akan menjadi kekuatan perekonomian terbesar di dunia pada akhir tahun 2019 (“How to gracefully step aside”, The Economist online, 11 Januari 2011). Periode itu mendorong sebagian orang China menganggap bahwa masa keemasan (Shengshi) China telah datang. Continue reading “TAMPILNYA CHINA SEBAGAI SEBUAH KEKUATAN”

Quote

Cara Islam Mengatasi Masalah Perburuhan

Buruh – Majikan adalah imbas dari sistem kapitalis, dalam syariah islam antara pekerja dan pemilik modal sama kedudukanya.

Problem perburuhan ini sebenarnya terjadi dipicu oleh kesalahan tolok ukur yang digunakan untuk menentukan gaji buruh, yaitu living cost terendah. Living cost inilah yang digunakan untuk menentukan kelayakan gaji buruh. Dengan kata lain, para buruh tidak mendapatkan gaji mereka yang sesungguhnya, karena mereka hanya mendapatkan sesuatu sekadar untuk mempertahankan hidup mereka.

Konsekuensinya kemudian adalah terjadilah eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik perusahaan terhadap kaum buruh. Dampak dari eksploitasi inilah yang kemudian memicu lahirnya gagasan sosialisme tentang perlunya pembatasan waktu kerja, upah buruh, jaminan sosial, dan sebagainya. Continue reading “Cara Islam Mengatasi Masalah Perburuhan”

Hubungan Perjuangan Melawan Penjajah Belanda di Indonesia dengan Khilafah Islam

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan orang/pejabat Belanda bahwa banyak sultan-sultan di Indonesia memberikan baiatnya (sumpah kesetiaan dan kepatuhan) kepada Khalifah di Istanbul. Dengan itu secara efektif kaum Muslim di wilayah Sultan itu menjadi warga negara Khilafah [Negara Islam].

Kaum Muslim di Aceh adalah yang paling menyadari akan status mereka. Koran Sumatera Post menulis tentang ini pada tahun 1922: “Sesungguhnya kaum Muslim Aceh mengakui Khalifah di Istanbul.”

Bukan hanya itu, mereka juga mengakui fakta bahwa tanah mereka adalah bagian dari Negara Islam. Ini adalah salah satu alasan atas perlawanan sengit mereka melawan Belanda. Sebagaimana yang diakui Koran Sumatra Post tahun 1922: “Pada hari ini, serangan-serangan atas kami menjadi hal penting karena merupakan sikap mentalitas atas ide Perang Suci.”

Pan-Islamisme: Konsulat Belanda di Konstantinopel telah memperingatkan pemerintah bahwa utusan rahasia Kaum Muhammedan telah dikirim dari Turki ke Indonesia yang dikuasai, dengan tugas memotivasi orang-orang Islam (untuk memberontak). Continue reading “Hubungan Perjuangan Melawan Penjajah Belanda di Indonesia dengan Khilafah Islam”

Penguasa Terlaknat

Imam Muslim telah menuturkan riwayat dari Auf bin Malik, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian; kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim).

Bagaimana dengan pemimpin umat Islam sekarang? Tanpa ragu kita mengatakan hampir sebagian besar pemimpin negeri Islam sekarang ini masuk dalam kategori seburuk-buruk pemimpin. Sebagian besar pemimpin negeri Islam justru membenci dan melaknat rakyatnya sendiri. Sebaliknya, rakyatnya pun demikian. Mengapa rakyat membenci dan melaknat pemimpin mereka sendiri? Continue reading “Penguasa Terlaknat”

Syariat Islam Menghilangkan Money Politic

Praktik politik uang (money politic) berkembang dan marak dalam sistem politik oportunistis. Sistem politik yang jauh dari pondasi agama, alias sekuler. Sistem politik yang lahir dari cara pandang benefit (asas manfaat), di mana untung dan rugi merupakan satu-satunya standar dalam berpolitik. Untuk meraih benefit (keuntungan), segala cara pun dihalalkan, asal tujuan tercapai.

Dalam landscape politik seperti itu, para politikus tidak pernah berpikir bagaimana mengurus urusan umat. Karena itu, mereka tidak pernah hadir di tengah-tengah umat, ketika mereka dibutuhkan. Mereka pun jauh dari umat. Mereka baru mendekat, atau tepatnya mendekati umat, ketika mereka membutuhkan umat untuk kepentingan politik mereka. Karenanya, aceptabilitas (penerimaan) mereka di tengah-tengah umat pun rendah. Demikian juga elektabilitas (keterpilihan) mereka.

Namun, alih-alih mereka memerhatikan dan mengurus kepentingan umat dengan tulus, yang dengan begitu aceptabilitas dan elektabilitas mereka bisa naik, justru mereka lebih memilih jalan pintas. Pada saat seperti itu, mereka pun menyogok umat dan siapapun yang bisa disogok dengan uang najis para politikus oportunistis itu. Umat yang hidup dalam kultur politik yang korup dan kesulitan ekonomi pun tidak jarang yang akhirnya ikut menikmati uang najis itu. Karenanya, terjadilah patgulipat, alias simbiosis mutualisme. Continue reading “Syariat Islam Menghilangkan Money Politic”

Rekayasa Ahmadiyah Cari Dukungan Musuh Islam

Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede*

Ujian bagi Ummat, mau jadi munafiq (musuh Islam), mengaku Islam namun membela Ahmadiyah pemalsu Islam, atau pilih tetap mu’min dengan setia membela Islam

***

Pucuk pimpinan dan para petinggi Ahmadiyah jelas bukan orang yang innocence atau lugu. Perhatikan saja elite-elite Ahmadiyah saat tampil di depan publik, terkesan cerdas. Namun demikian, kecerdasan belum tentu sejalan dengan keimanan dan belum tentu memperoleh hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kecerdasan itu bila berada di jalan kesesatan, cenderung menjadi licik. Salah satu wujud licik adalah berbohong. Nah, dalam hal ini orang-orang Ahmadiyah memang jagonya, sebagaimana elite-elite aliran dan paham sesat lainnya seperti LDII, Syi’ah dan sebagainya.

Kebohongan yang dipublikasikan petinggi Ahmadiyah sangat tinggi kedustaannya, yaitu berkenaan dengan syahadat. Di depan publik mereka mengaku dan mengucapkan dua kalimat syahadat persis sama dengan dua kalimat syahadat yang biasa diucapkan umat Islam: Asyhadu An laa ilaaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadarasulullah.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang disembah dengan haq) kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Namun, sesungguhnya Muhammad yang mereka maksud dalam dua kalimat syahadat tadi, adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dalam sebuah buku berjudul Memperbaiki Kesalahan yang ditulis oleh H.S. Yahya Pontoh dan diterbitkan oleh Jemaah Ahmadiyah Bandung (1993), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Muhammad pada syahadat mereka bukanlah Muhammad bin Abdullah yang lahir di Makkah Al-Mukarramah, tetapi “Ahmad” alias Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India, yang merupakan nabi para penganut Ahmadiyah Qadiyan.

Sekali lagi, Nama MUHAMMAD dalam syahadat tersebut menurut para pengikut/tokoh Ahmadiyah adalah Nabi/Rasul mereka, yaitu Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India, sebagaimana tercantum dalam bukuMemperbaiki Kesalahan,karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya Pontoh, dan diterbitkan oleh Jemaah Ahmadiyah cabang Bandung, tahun 1993, pada halaman 5 tertulis:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

“Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul_”(KitabTadzkirahhalaman 97). Continue reading “Rekayasa Ahmadiyah Cari Dukungan Musuh Islam”

Problem Ahmadiyah

Saya tidak percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi dan belum percaya pula bahwa ia seorang mujaddid [pembaharu]”, tulis Ir. Soekarno dalam bukunya, Di Bawah Bendera Revolusi, jilid 1, cetakan ke-2, Gunung Agung Jakarta, 1963, hlm. 345. Mantan Presiden RI pertama itu bukan pertama dan bukan pula satu-satunya yang berpendapat demikian. Jauh sebelumnya, filsuf dan pujangga terkenal Sir Muhammad Iqbal ketika ditanya oleh Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India waktu itu, perihal Ahmadiyah dengan tegas menjawab bahwa wahyu kenabian sudah final dan siapapun yang mengaku dirinya nabi penerima wahyu setelah Muhammad saw adalah pengkhianat kepada Islam: “No revelation the denial of which entails heresy is possible after Muhammad. He who claims such a revelation is a traitor to Islam” (Islam and Ahmadism, cetakanDa‘wah Academy Islamabad, 1990hlm. 8).

[Image]

Kasus Cikeusik Konspiratif, Mungkin?

Oleh: Harits Abu Ulya (Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI)

Paling baru, kasus bentrok Cikeusik berlanjut penahanan terhadap 8 orang kyai di dari daerah pandeglang dan sekitarnya. Dari delapan kiai yang dikabarkan ditahan, baru tujuh orang yang telah diketahui identitasnya. Yakni, KH Endang, dari Kecamatan Binwangeun, Kebupaten Lebak; KH Munir dari Binwangeun; KH Kosim dari Binwangeun; KH Pe’i dari Kecamatan Cobaliung, Pandeglang; KH Muhammad dari Binawangeun; KH Tono dari Cibaliung, dan KH Babay dari Labuan. Sementara identitas seorang kiai lagi masih simpang siur.(Republika.co.id,10/2).Seolah penahanan ini menjadi pembenaran atas statemen Kapolri ; “Terkait kejadian yang di Temanggung memang ada aktor intelektual yang menggerakkan. Baik di Temanggung maupun di Cikeusik, kita menduga kejadian tersebut terjadi karena ada pihak yang menggerakkan,” kata Kapolri.(detik.com, 10/2) artinya bisa jadi 8 kyai yang ditahan di Polres Pandeglang dituduh sebagai dalang atau actor intelektual di balik bentrok fisik hari ahad yang lalu (6/2).

Akhirnya gelombang demonstrasi muncul dari kalangan para ulama dan kyai, mereka mendatangi Polres Pandeglang dan menuntut pembebasan. Di hari kamis (10/2) Koordinator Tim Pembela Muslim (TPM) Banten, Agus Setiawan, mengatakan negosiasi sejumlah ulama, yang diwakili KH Muhtadi dan KH Kurtubi dengan Kapolres Pandeglang, AKBP Alex Fauzi Rasyad, masih berlangsung. “Kapolres sudah melaporkan aspirasi kita ke Kapolda, Brigjen Agus Kusnadi. Dari kapolda diteruskan ke Kapolri, Jenderal Timur Pradopo,” kata Agus dalam orasinya pada Kamis (10/2).Dan para ulama berjanji akan terus menggelar aksi hingga para kyai dibebaskan. (republika.co.id,10/2)

Kita melihat tindakan aparat sangat gegabah dan beresiko, jika tidak melihat aspek persoalan secara holistic disamping tidak melupakan akar persoalan sebenarnya yang menjadi pemicu munculnya kontraksi social yang ada, sangat mungkin justru akan meningkatkan eskalasi konflik social lebih luas dan tanpa kendali. [Image]